Thursday, May 27, 2010

KULIAH PSIKOLOGI STIKes Aisyah Pringsewu

Untuk silabus mata kuliah Psikologi silakan download file nya disini

atau copas aja link di bawah ini:
http://www.ziddu.com/download/10020138/SILABUSSTIKesAISYAHPRINGSEWU.pdf.html

Sedangkan untuk pembagian kelompok presentasi silakan download file nya disini

atau buka aja link beikut: http://www.ziddu.com/download/10020139/Kelompokkelas.rar.html
logoblog

Tuesday, May 18, 2010

SEJARAH TANAMAN COKLAT DI INDONESIA


Tahun 1988 tercatat sebagai tahun ke-77 masuknya coklat ke Indonesia. Adalah Dr. C.J.J. Van Hall orang yang pertama kali mengadakan seleksi terhadap pohon induk di Djati Renggo dan Getas. Kedua nama kebun tersebut digunakan untuk menamakan beberapa klon coklat jenis criollo yang sampai saat ini masih digunakan, dengan kode DR dan G berbagai nomor.

A. Sebelum Kemerdekaan.

Walaupun bubuk coklat telah dikenal sebagai pencampur minuman oleh bangsa indian suku Maya di Amerika tengah sejak abad sebelum masehi, namun baru abad ke-15 biji coklat mulai di perkenalkan di belahan dunia lain. Dengan kegunaannya sebagai upeti atau alat barter bernilai tinggi, biji coklat sebagai pencampur minuman diperkenalkan kepada bangsa Spanyol.
Usaha pengembangan pertanaman coklat dirintis oleh bangsa spanyol ke benua Afrika dan Asia. Di Afrika, coklat diperkenalkan pada abad ke-15 dengan daerah penanaman terutama di Nigeria, Pantai Gading, dan Kongo. Pada waktu yang bersamaan coklat juga di perkenalkan di Asia, terutama daerah-daerah yang berdekatan dengan kawasan pasifik.
Coklat yang di perkenalkan pada tahun 1560 di Sulawesi Utara berasal Dari Filipina. Jenis yang pertama kali di tanam adalah criollo, yang oleh bangsa Spanyol diperoleh dari Venezuela. Produksi coklat ini relatif rendah dan peka terhadap serangan hama dan penyakit, tetapi rasanya enak. Pada tahun 1806, usaha perluasan coklat dimulai lagi di Jawa Timur dan Jawa Tengah. Penanaman di laksanakan di sela-sela areal pertanaman kopi. Pada tahun-tahun selanjutnya didatangkan lagi jenis coklat yang lain, mengingat kelemahan jenis coklat Criollo. Dr. C.J.J. Van Hall. MacGillvray, Van Der Knaap adalah peneliti-peneliti yang giat melakukan seleksi guna mendapatkan bahan tanam unggul maupun klon induk pada awal pertanaman coklat di Indonesia. Pada tahun 1914, MacGillvray telah menulis buku mengenai coklat, kemudian dituliskannya lagi pada tahun 1932 sebagai edisi ke-dua.
Tahun 1888 diperkenalkan bahan tanam java criollo asal Venezuela yang bahan dasarnya adalah coklat asal sulawesi Utara tadi, sebagai bahan tanam tertua untuk mendapatkan bahan tanam unggul. Sebelumnya, pada tahun 1880 juga diperkenalkan bahan tanam jenis Forestero asal Venezuela untuk maksud yang sama. Dari hasil penelitian saat itu, direkomendasikan bahan tanam klon-klon DR, KWC dan G dengan berbagai nomor.
Sejalan dengan itu, pengembangan tanaman coklat di Indonesia, khususnya di Jawa berjalan dengan pesat. Pada tahun 1938 telah terdapat 29 perkebunan cokelat dengan distribusi 13 perkebunan di Jawa Barat, 7 perkebunan di Jawa tengah, dan 9 perkebunan di Jawa Timur. Perkembangannya juga di dorong oleh meluasnya penyakit karat daun kopi oleh Hemeleia vastatrix, sehingga menyebabkan musnahnya areal pertanaman kopi di Jawa. Disamping itu oleh perusahaan perkebunan, pengembangan usaha cokelat juga dilakukan oleh petani pekebun, terutama di Jawa Barat.

B. Sesudah kemerdekaan

Pengalihan usaha perkebunan menjadi milik negara pada awal kemerdekaan menjadikan usaha pengembangan pertanaman cokelat menjadi semakin mantap. Daerah-daerah di jawa barat dan sumatra utara merupakan hasil pertanaman coklat yang kemudian berkembang dengan pesat. Perkembangan pertanaman coklat dengan demikian telah meluas ke indonesia bagian barat.
Sejalan dengan itu, program pemuliaan untuk mendapatkan bahan tanam unggul terus giat dilaksanakan. Tahun 1973 diperkenalkan coklat jenis bulk melalui seleksi yang dilakukan oleh PT Perkebunan VI dan Balai Penelitian Perkebunan (BPP) Medan. Cokelat jenis bulk pada tahun berikutnya memperkecil kemungkinan untuk memperluas penanaman coklat jenis criollo. Seperti diketahui, cokelat jenis bulk dikenal sebagai jenis cokelat yang relatif tahan akan hama dan penyakit, produksinya tinggi walaupun rasnya sedang.
Program pemuliaan PT Perkebunan VI dan BPP Medan itu, yang tetuanya terdiri dari biji-biji campuran Na, Pa, Sca, ICS, GG, DR, Poerboyo dan Getas, menghasilkan biji yang dikenal dengan nama varietas sintetik 1, 2, dan 3. Tetua tersebut berupa biji illegitim hibrida F1 dari Malaysia, yang ditanam sebanyak 150.000 pohon.
Pada tahun 1976, BPP Jember juga melakukan program pemuliaannya dalam rangka untuk mendapatkan bahan tanam hibrida. Pemuliaan ini bertujuan untuk menghasilkan bahan tanam biji hibrida dengan efek heterosis. Sejumlah persilangan dari klon-klon ICS, Sca, dan DR telah diuji untuk maksud itu. Secara bersamaan usaha untuk mendapatkan bahan tanam klon yang dapat di jadikan sebagai induk maupun bahan tanam praktek juga dilaksanakan di kebun Kaliwining Jember, dan Malangsari.
Di Sumatra Utara, penelitian yang sama terus dilaksanakan dalam rangka pengembangan pertanaman coklat. Beberapa PT Perkebunan mulai melakukan penanaman cokelat bulk, seperti PT Perkebunan IV dan II. PT Perkebunan II bahkan melakukan perluasan penanaman cokelat di Irian Jaya dan Riau serta membangun kebun benih cokelat di Maryke, Medan. Pembangunan kebun benih coklat tersebut dilaksanakan bersama P4TM (Pusat Penelitian Dan Pengembangan Perkebunan Tanjugn Morawa) Medan yang saat ini telah menghsailkan bahan tanam biji hibrida, dengan tetua klon-klon Sca, ICS, Pa, TSH, dan IMS. Biji-biji hibrida yang dihasilkan kebun benih cokelat masih dalam tahap pengujian.
Perkembangan yang pesat dari pertanaman coklat di Indonesia, menyebabkan peningkatan produksinya secara cepat. Bila pada tahun 1970-1977 produksi cokelat indonesia hanya 2.000-3.000 ton, maka pada tahun 1980 angka itu melonjak menjadi 7.000 ton. Dengan produksi coklat dunia saat ini 1.600.000 ton, maka potensi Indonesia sebagai penghasil cokelat masih baik prospeknya.

Sumber: T. H. S. Siregar, S.Riyadi, Nuraeni. L. Coklat; Pembudidayaan, Pengolahan, Pemasaran
logoblog

MARI BERTANAM COKLAT



-->
Pada masa yang akan datang, komoditi biji coklat diharpakan menduduki tempat yang sejajar dengan komoditi perkebunan lainnya, seperti kelapa sawit dan karet. Setidak nya dari segi luas areal pertanaman maupun sumbanganya kepada negara sebagai komoditi ekspor. Dengan tujuan untuk memanfaatkan sumberdaya alam, memenuhi konsumsi dan memperoleh devisa ekspor, serta meningkatkan pendapatan produsen biji coklat, sampai tahun 1988 pemerintah telah merencanakan perluasan areal coklat seluas 1.213.600 ha, baik yang dikelola oleh PT perkebunan negara, swasta, maupun rakyat.
Sejalan dengan rencana tersebut, berbagai usaha telah dilaksanakan untuk pengembangan coklat. Perbaikan teknik budidaya pada akhirnya akan membawa manfaat besar dalam rencana diatas. Teknik pembibitan yang efisien, usaha mendapatkan bahan tanam unggul melalui hibridisasi, metode pemangkasan untuk membentuk habitat yang baik, pengaturan jarak tanam maupun usaha perlindungan terhadap hama dan penyakit ditujukan kepada ditemukannya suatu periode penanaman dan pemeliharaan coklat yang efisien dengan sasaran produksi maksimum.
Teknik pendederan biji dan umur kecambah untuk dipindahkan ke polybag, misalnya, telah menghasilkan suatu teknik penyediaan bahan tanam dengan presentase biji apkir dibawah 20%. Demikian juga kajian tentang jarak antar polybag di dalam pembibitan telah menghasilkan suatu polybag yang maksimum pada suatu areal pembibitan tanpa mengurangi mutu bibit. Hal yang sama juga telah diperoleh pada penyediaan bahan tanam secara vegetatip, yang berguna untuk mempertahankan sifat-sifat genetis. Teknik-teknik okulasi didalam polybag, penyusunan (grafting), maupun penyetekan merupakan teknik yang besar manfaatnya di dalam budidaya coklat.
Dalam bidang pemuliaan, hibridisasi untuk memperoleh bahan tanam unggul juga merupakan suatu teknik yang tidak kalah pentingnya. Penggunaan bahan tanam Upper Amazone Hybrids maupun klon-klon terpilih hasil seleksi telah menetapkan bahan tanam yang cepat berbuah, tinggi produksinya, dan tahan terhadap hama dan penyakit tertentu. Yang tidak kalah pentingnya adalah usaha untuk mendapatkan bahan unggul melalui kultur jaringan sehingga waktu yang cukup lama untuk program pemuliaan dapat dipersingkat.
Tanaman coklat membutuhkan pemangkasan secara periodik dalam rangka pembentukan habitat yang baik dan untuk mendapatkan produksi yang tinggi. Pengalaman dari banyak pekebun coklat menunjukkan bahwa tidak terdapat suatu metode baku dalam pemangkasan. Namun hal tersebut tidak berarti bahwa pendekatan teknis tidak diabaikan. Usaha-usaha kearah bagian manakah dari cabang coklat yang di pangkas, bagaimana bentuk pemangkasannya, serta berapa lama jangka waktu pemangkasan yang ideal harus dilaksanakan sehingga saat ini disepakati untuk pemangkasan cabang sekunder atau tertier yang tumbuh kurang dari 40 cm dari pangkal cabang tempat tumbuhnya. Usaha-usaha yang sama juga dikaji terhadap pemangkasan pohon pelindung sehingga fungsinya bagi coklat tetap di pertahankan.
Sebagai tanaman yang membentuk tajuk, persoalan jarak tanam juga menjadi bagian dari budidaya coklat yang menarik. Penerapan jarak tanam terbaik pada akhirnya akan menghasilkan populasi per satuan luas yang optimum dengan produksi yang maksimum. Jarak tanam 4 x 2 m, 3 x 3 m, atau 2,5 x 3,3 m masih merupakan alternatip ditinjau dari populasi persatuan luas, produksi bahan tanam yang digunakan, serangan hama atau penyakit, serta penggunaan pohon pelindung.
Hal yang sama juga didapati pada bidang pengolahan hasil. Modifikasi bak fermentasi, usaha mempercepat proses fermentasi melalui penambahan ragi, penggunaan sinar matahari dalam pengeringan biji, maupun proses pengolahan biji tanpa melalui proses pencucian diharapkan dapat menghasilkan mutu biji coklat yang baik sehingga tidak mengurangi nilai jualnya. Teknik pengolahan hasil itu juga merupakan suatu langkah efisiensi dalam pengunaan bahan bakar. Demikian pula dengan pemanfaatan kulit tongkol maupun caiaran pulp telah membuka peluang bagi penambahan nilai dari coklat sebagai penghasil biji.
--> -->Dalam bidang perlindungan hama dan penyakit, beberapa teknik pengamatan maupun pengendaliannya telah berhasil menekan kerugian yang ditimbulkan hama dan penyakit. Metode pengamatan Early Warning System (EWS) disamping efektif dalam pengamatan juga efisien dalam penggunaan pestisida. Tetapi masalah-masalah hama dan penyakit masih merupakan bagian dari budidaya coklat yang belum menemukan teknik teknik terbaru. Penanggulangan penyakit Vascular Streak Dieback (VSD) misalnya, dinilai masih belum efektif karena harus memotong sejumlah cabang. Demikian juga usaha penanggulangan Helopeltis sp yang dikawatirkan turut memusnahkan serangga penyerbuk.
Sumber: T. H. S. Siregar, S.Riyadi, Nuraeni. L. Coklat; Pembudidayaan, Pengolahan, Pemasaran...
logoblog

Thursday, September 17, 2009

ACARA PANEN RAMADHAN 2009

petiklah aku... lakukan dengan cinta dan ketulusan




dengan mengucap bissmillahirrohmanirrohiiim... dengan ini acara panen padi ramadhan 2009 dengan resmi di mulai.... teeeeeeetttttttttt...


mari memanen padi....

pekerjaan belum selesai om... ayo semangaaaaattt.....

batang padi yang telah di sabit di kumpulkan dan di tumpuk menunggu untuk di rontokkan bulir padinya


paman surip sedang merontokkan bulir2 padi... walaupun gak sebagus musim lalu, tapi insya alloh tetap berkah...



mari bergembira bersama...
logoblog

Monday, September 14, 2009

JAYALAH PETANI

Cyber Farmer adalah sebuah nama untuk mengingatkan kita semua, bahwa petani harus kita junjung tinggi derajatnya melebihi profesi manapun. Mengapa demikian? untuk dapat melangsungkan kehidupanya, tak seorangpun dapat lepas dari makanan, dan siapa penghasil makanan yang sebenarnya? tidak lain adalah PETANI.
Kenyataan dewasa ini dan dimasa yang lampau, petani masih diperlakukan seperti orang yang diposisikan paling bawah dalam tatanan masyarakat, sekaranglah waktunya kita sadar, tanpa petani "Tak akan ada makan pagi, siang, ataupun malam yang akan tesedia dimeja kita"
Marilah kita semua, junjung tinggi derajat PETANI melebihi Pemimpin, penguasa, bos dan semua nama yang menunjukkan kewenangan.
logoblog

Sunday, May 6, 2007

bismillahirrohmanirrohiiim

1st posting
logoblog